Profil Desa Jogosimo

Ketahui informasi secara rinci Desa Jogosimo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Jogosimo

Tentang Kami

Desa Jogosimo, Klirong, Kebumen: Gerbang Pesisir Selatan Jawa Tengah dengan potensi ekowisata penyu, pengembangan kawasan budidaya udang modern (shrimp estate), dan kekayaan budaya lokal di muara Sungai Luk Ulo yang strategis.

  • Pusat Konservasi dan Ekowisata Bahari

    Desa Jogosimo merupakan lokasi vital bagi pelestarian penyu melalui Kelompok Konservasi Penyu Kaliratu dan pengembangan ekowisata berbasis mangrove serta keindahan Pantai Kaliratu.

  • Kawasan Strategis Ekonomi Perikanan

    Desa ini menjadi salah satu titik fokus pengembangan kawasan budidaya udang modern (Shrimp Estate) di Kebumen, selain menjadi basis bagi nelayan tradisional yang memanfaatkan potensi muara Sungai Luk Ulo.

  • Kekayaan Budaya Pesisir

    Jogosimo aktif melestarikan ragam seni tradisional yang khas, seperti Kuda Joget, Jamjaneng Simoluhur, dan Jemparingan, yang menjadi daya tarik budaya di samping potensi alamnya.

Pasang Disini

Terletak di bibir Samudra Hindia, Desa Jogosimo di Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen, menjelma menjadi salah satu desa pesisir paling dinamis di Jawa Tengah. Dikenal sebagai rumah bagi konservasi penyu langka dan muara dari sungai terbesar di Kebumen, Sungai Luk Ulo, desa ini kini bersiap menyambut era baru sebagai lokasi strategis pengembangan kawasan budidaya udang terpadu (Shrimp Estate) berskala nasional. Dengan perpaduan kekuatan alam, kearifan lokal dan program pembangunan strategis, Jogosimo menawarkan profil wilayah yang kaya akan potensi ekonomi dan ekologis.

Desa yang dipimpin oleh Kepala Desa H. Muhammad Muhtasimudin, S.Pd.I ini secara aktif menggerakkan roda pemerintahan yang berfokus pada pembangunan infrastruktur, pemberdayaan masyarakat, dan optimalisasi potensi lokal. Berbagai program, mulai dari pelestarian lingkungan hingga fasilitasi kegiatan ekonomi warga, dijalankan untuk memastikan pertumbuhan desa yang berkelanjutan dan seimbang. Keberadaannya di jalur pesisir selatan menjadikan Jogosimo tidak hanya sebagai kampung nelayan, tetapi juga sebagai gerbang penting bagi pariwisata dan investasi di sektor kelautan dan perikanan Kabupaten Kebumen.

Geografi dan Wilayah Administratif

Desa Jogosimo menempati posisi geografis yang sangat strategis di pesisir selatan Kabupaten Kebumen. Wilayah desa ini menjadi titik pertemuan antara aliran air tawar dari Sungai Luk Ulo dengan perairan asin Samudra Hindia, menciptakan ekosistem muara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Secara administratif, Desa Jogosimo ialah bagian dari 24 desa yang berada di bawah naungan Kecamatan Klirong.

Luas wilayah Kecamatan Klirong secara keseluruhan mencapai 43,25 km², dengan jumlah penduduk pada tahun 2023 tercatat sebanyak 67.129 jiwa, menghasilkan tingkat kepadatan penduduk 1.552 jiwa/km². Meskipun data spesifik untuk luas wilayah dan jumlah penduduk Desa Jogosimo belum dirilis dalam publikasi statistik terbaru, posisinya sebagai desa pesisir yang berbatasan langsung dengan samudra menempatkannya sebagai wilayah dengan kepadatan yang cenderung lebih rendah dibandingkan desa-desa di pedalaman.

Batas-batas wilayah Desa Jogosimo dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Sebelah Selatan: Berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, yang menjadi sumber utama mata pencaharian dan potensi wisata.

  • Sebelah Barat: Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Petanahan, ditandai oleh muara Sungai Luk Ulo yang juga menjadi batas alami dengan Desa Tegalretno.

  • Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Tanggulangin, yang juga merupakan desa pesisir di Kecamatan Klirong.

  • Sebelah Utara: Berbatasan dengan desa-desa lain di daratan Kecamatan Klirong, seperti Desa Pandanlor.

Lokasinya yang berjarak sekitar 20 kilometer dari ibu kota Kabupaten Kebumen menjadikan Desa Jogosimo relatif mudah diakses, sekaligus sebagai garda terdepan dalam menghadapi dinamika alam pesisir selatan.

Potensi Ekonomi Unggulan: Dari Perikanan Tradisional ke Shrimp Estate Modern

Perekonomian Desa Jogosimo bertumpu pada tiga pilar utama: perikanan tangkap, budidaya perikanan, dan ekowisata yang sedang berkembang pesat. Sebagai komunitas nelayan, sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya pada hasil laut. Para nelayan kecil dengan perahu berkapasitas sekitar 1 GT setiap hari melaut dengan sistem one-day fishing, menangkap berbagai jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi di sepanjang pesisir dan muara Sungai Luk Ulo.

Potensi ini mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat dan daerah melalui program pembangunan Kawasan Budidaya Udang Berbasis Kawasan (Shrimp Estate). Program yang rencananya akan dikembangkan di lahan pesisir Desa Jogosimo dan desa tetangganya, Tanggulangin, ini bertujuan untuk menciptakan sentra budidaya udang vaname modern, terpadu, dan ramah lingkungan. Kehadiran Shrimp Estate diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lokal dalam jumlah besar, meningkatkan pendapatan asli desa, dan mentransformasi ekonomi Jogosimo dari skala tradisional ke industri.

"Pengembangan Shrimp Estate di wilayah kami merupakan peluang besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujar seorang perwakilan pemerintah daerah dalam sebuah kesempatan. "Program ini dirancang untuk menjadi model budidaya udang yang tidak hanya produktif, tetapi juga berkelanjutan, dengan melibatkan partisipasi aktif dari warga desa."

Di samping perikanan, sektor pariwisata menunjukkan geliat yang menjanjikan. Desa Jogosimo merupakan rumah bagi Pantai Kaliratu, yang tidak hanya menawarkan pemandangan pesisir yang indah tetapi juga menjadi lokasi vital bagi Konservasi Penyu Kaliratu. Kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dan kelompok pelestari alam (KPA) setempat, yang dibentuk sejak tahun 2018, secara aktif melindungi penyu jenis lekang yang mendarat untuk bertelur, khususnya pada periode September hingga November. Kegiatan konservasi ini telah berhasil mengubah paradigma masyarakat, dari sebelumnya memburu telur penyu menjadi pelindung aktif. Upaya ini kini menjadi daya tarik ekowisata yang edukatif bagi pengunjung.

Pengembangan wisata sungai di sepanjang muara Luk Ulo dan ekowisata mangrove juga menjadi agenda penting yang didukung oleh berbagai pihak, termasuk akademisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Program-program pemberdayaan ini bertujuan memberikan alternatif mata pencaharian bagi nelayan saat musim cuaca buruk, sekaligus menjaga kelestarian ekosistem muara yang rapuh.

Infrastruktur dan Kehidupan Sosial Budaya

Pemerintah Desa Jogosimo terus berupaya meningkatkan kualitas infrastruktur untuk menunjang aktivitas ekonomi dan sosial warganya. Akses jalan utama yang menghubungkan desa dengan pusat kecamatan dan kabupaten berada dalam kondisi yang cukup baik. Di dalam desa, terdapat fasilitas umum seperti pasar desa yang menjadi pusat perniagaan lokal, serta balai desa yang berfungsi sebagai pusat layanan administrasi dan kegiatan kemasyarakatan. Alamat kantor desa terletak di Jalan KH. Khasan Musthofa, Dusun Simo.

Kehidupan sosial masyarakat Desa Jogosimo diwarnai oleh semangat gotong royong dan pelestarian budaya lokal. Desa ini memiliki kekayaan seni pertunjukan yang masih aktif dilestarikan oleh warganya. Beberapa kesenian yang menjadi ciri khas Jogosimo yaitu:

  • Kuda Joget: Sebuah atraksi unik di mana seekor kuda dilatih untuk menari mengikuti irama musik tradisional.

  • Jamjaneng Simoluhur: Seni musik bernapaskan Islam yang memadukan vokal dan tabuhan rebana.

  • Kuda Lumping: Tarian tradisional yang menggambarkan prajurit berkuda, sering ditampilkan dalam berbagai perayaan desa.

  • Jemparingan: Seni panahan tradisional gaya Mataraman yang terus dihidupkan oleh komunitas lokal.

Kelompok-kelompok seni ini tidak hanya menjadi hiburan bagi masyarakat, tetapi juga berfungsi sebagai media untuk mewariskan nilai-nilai budaya kepada generasi muda. Selain itu, kegiatan keagamaan dan tradisi adat lainnya turut memperkuat ikatan sosial di antara warga. Pemerintah desa dan masyarakat juga menunjukkan kepedulian tinggi terhadap isu lingkungan, seperti yang terlihat dari kegiatan penanaman kembali pohon lindung pasca terjadinya kebakaran di hutan cemara pantai pada akhir tahun 2023. Respons cepat ini menunjukkan tingkat kesadaran dan ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana.